Suatu hari kesabaran Rasulullah diuji oleh Allah Swt. Dan istri beliau Saw yang bernama Maria Qibtiyah, Rasulullah memperoleh anak laki-laki yang diidam-idamkan. Begitu gembiranya beliau, sampai-sampai anak bernama Ibrahim itu sering di gendong beliau. Rasulullah berharap, Ibrahim akan seperti Nabi Ibrahim a.s. Namun, ternyata harapan beliau tidak kesamapaian. Pada usia tiga tahun, Ibrahim meninggal dunia, mendadak tanpa sakit terlebih dahulu. Rasulullah sangat berduka, hingga matanya banjir dengan air mata.
Seorang sahabat membereranikan diri bertanya, "Engkau mengangis, ya Rasulullah?"
Rasulullah menjawab, "Ya, karena aku manusia biasa, yang tidak boleh adalah meratap."
Kebetulan pada hari yang sama dengan meninggalnya Ibrahim, terjadi gerhana matahari sampai Madinah menjadi gelap. Masyarakat ribut, mereka menyangka terjadi gerhana matahari karena putra Rasulullah Saw wafat.
Rasulullah pun mendengar dan bersabda, "Baik matahari maupun bulan, keduanya tidak akan ditimpa gerhana hanya karena kematian seorang manusia. Siapa pun yang mati itu. Gerhana matahari dan bulan terjadi semata-mata karena kehendak Allah Swt.
Riwayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa pribadi Rasulullah Saw yang murah senyum mampu menangis manakala beliau kehilangan putra kesayangannya.
Tangisan ini adalah tangisan keduakaan dan pasti dialami oleh semua manusia, hanya saja Rasulullah Saw tidak sampai larut dalam kesedihan. Sebagaimana Allah Swt Firmankan dalam surat Al-Insan [76] ayat 24: "Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu." Ayat ini mengandung makna ajakan untuk selalu bersabar dalam kondisi apa pun dan dimana pun, melaksanakan ketetapan Allah dengan penuh sabar. Bagaimanapun juga ketetapan Allah (seperti rezeki, jodoh, dan kematian serta Hari Pembalasan) sudah pasti datangnya.
Pribadi senyum adalah pribadi bijaksana. Artinya ia mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Pada waktu sedih akan ikut sedih (namun tidak larut terlalu lama dalam kesediahn). Kemampuan kita untuk menyesuaikan diri akan mempengaruhi kualitas diri sebenarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar