Ahmad bin Khalil Jum'ah, dalam bukunya berjudul ‘Nisaau Ahlil Bait ‘ menulis demikian:
"Setiap kali keutamaan ditempatkan dalam satu keranjang yang diiringi dengan semerbak aroma yang wangi murni maka nama yang layak diberikan kepadanya adalah Fathimah Zahra. Bagaimana mungkin orang bisa menuliskan semua keutamaan dan kemuliaan Penghulu Wanita Surga dalam satu buku? Ketika ingin membaca keutamaan Fathimah Zahra dan mengambil manfaat dari wewangi segar sirah dan kisah hidupnya, aku menemukan diriku berada di sebuah taman yang menebar kesegaran, indah dan penuh berkah, yang tak mungkin jiwa manusia merasa letih atau hati merasa jenuh karenanya. Di taman itu aku menyaksikan seluruh sifat-sifat mulia dan istana-istana indah yang dibangun oleh Fathimah dengan keutamaan dan keagungannya."
Suatu hari Rasulullah Saw memanggil Fathimah dan bersabda, "Putriku, Ali, anak pamanmu datang meminangmu. Bersediakah engkau menikah dengannya?" Fathimah berdiam tersipu dan nampak keringat membasahi dahinya. Dengan kepala menunduk dia berkata, "Apa pendapat ayah?" Nabi Saw menjawab, "Allah telah mengizinkannya." Fathimah dengan tetap menundukkan kepala menjawab, "Aku ridha dengan apa yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya." Persiapan sederhana untuk membangun rumah tanggapun disiapkan. Malam pernikahan, Fathimah dibawa menghadap Nabi Saw. Utusan Allah itu membuka tabir penutup kepala putrinya supaya Ali, sang mempelai pria dapat melihat wajah istrinya. Lalu Nabi meletakkan tangan Fathimah di tangan Ali dan bersabda, "Wahai Ali, Fathimah adalah istri yang baik untukmu." Kepada Fathimah, Nabi bersabda, "Putriku, Ali adalah sebaik-baik suami." Demikianlah kisah ringkas dari pernikahan Fathimah dan Ali. Mereka tinggal di sebuah rumah yang sangat sederhana namun penuh keceriaan dan kasih sayang.
Fathimah as adalah poros bagi kehidupan rumah tangga dan keluarga yang baik dan ideal. Siapa saja yang menengok ke rumah ini dapat menjadikannya sebagai teladan untuk membangun sebuah kehidupan yang terhormat dan indah. Hal yang paling menonjol dalam kehidupan Fathimah adalah kemampuannya menghubungkan kehidupan individu, sosial dan keluarga. Beliau pun tampil sebagai sosok pekerja keras, rela berkorban dan pejuang sejati.
Salah satu keistimewaan rumah tangga beliau adalah ketiadaan kebodohan di dalamnya. Rumah yang seperti ini tentu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Dengan kata lain, seluruh anggota keluarga Fathimah adalah sosok-sosok manusia yang mendapat anugerah kesempurnaan akal. Kesan pertama dan utamanya adalah penghambaan kepada Allah menjadi landasan paling mendasar dalam hubungan di antara mereka. Ibu rumah tangga di keluarga ini adalah sosok wanita yang tenggelam dalam cinta Ilahi kala beribadah dan bermunajat dengan Allah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa putra dari wanita suci ini berkata, "Setiap kali ibuku selesai beribadah beliau nampak dikelilingi oleh cahaya yang terang benderang."
Dalam doanya, Fathimah as)berkata, "Ya Allah, berilah kesempatan kepadaku untuk mengerjakan apa saja yang karenanya Engkau menciptakanku dan jangan Engkau sibukkan aku dengan hal-hal selain itu." (Bihar al-Anwar: 92/ 402)
Dalam kehidupan rumah tangganya dengan Ali bin Abi Thalib Ra, tak ada tanda-tanda yang mengarah kepada persaingan dan egoisme di antara mereka. Keduanya sama-sama memikul tanggung jawab yang besar. Sebagai ayah yang bijak, Rasulullah Saw mengusulkan pembagian tugas di antara putri dan menantunya, dan diputuskan pekerjaan rumah menjadi tanggung jawab Fathimah dan tugas di luar dipikulkan ke pundak Ali. Fathimah mengungkapkan perasaannya tentang pembagian tugas ini dan mengatakan, "Selain Allah, tak ada yang mengetahui kegembiraanku dengan pembagian tugas ini. Sebab, Rasulullah telah mencegahku melakukan apa yang menjadi pekerjaan orang laki-laki." (Bihar al-Anwar: 43/ 81)
Fathimah tahu benar bahwa perempuan tidak wajib melakukan pekerjaan rumah dan suamipun tidak berhak menyamakan istrinya dengan pembantu. Akan tetapi kehangatan hubungan, pengorbanan, keakraban dan pemahaman yang benar tentang kehidupan akan meringankan beban menanggung kesulitan hidup. Di rumah yang sederhana, Fathimah as telah mendidik anak-anaknya yang oleh sejarah diakui sebagai manusia-manusia terbaik. Beliau bersama dengan suaminya menempatkan diri sebagai teladan bagi anak-anak mereka. Kepada putra sulungnya, Hasan, Fathimah pernah berkata, "Hasan anakku, jadilah engkau seperti ayahmu, belalah kebenaran, sembahlah Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Pemberi kebaikan, dan janganlah engkau bergaul dengan orang-orang pendendam." Fathimah adalah sosok wanita dengan kefakiran yang menjadi tetangga terdekatnya. Meski secara materi hidup dalam kesusahan, namun hal itu tak pernah mampu menundukkan kebesaran jiwanya sebagai orang yang dermawan. Ibnu Syahr Asyub berkata;
Suatu hari Ali bertanya kepada Fathimah, adakah sesuatu yang bisa dimakan di rumah? Fathimah menjawab, "Demi Allah, sudah dua hari ini aku dan anak-anakku menahan lapar." Alipun terkejut dan berkata, "Mengapa engkau tidak memberitahuku supaya aku bisa menyediakan sesuatu untuk kalian?" Fathimah menjawab, "Aku malu kepada Allah untuk meminta sesuatu darimu yang tidak bisa kau penuhi." Ali segera meninggalkan rumah dan meminjam uang satu dinar dari seseorang untuk membeli keperluan rumah. Di tengah jalan, beliau berpapasan dengan seorang sahabat yang terlihat pucat dan kebingungan. Beliau bertanya, "Apa yang membuatmu gelisah seperti ini?" Dia menjawab, "Aku tak mampu mendengar suara tangis anak-anakku yang kelaparan." Mendengar itu, Ali menyerahkan uang satu dinar tadi kepada orang tersebut.
Kemuliaan dan keagungan Fathimah diakui oleh semua orang. Wanita muslimah sepanjang sejarah mesti menjadikan putri Nabi ini sebagai teladan dalam kehidupan individu, sosial dan keluarganya. Beliau adalah sosok wanita yang bijaksana dalam bersikap, sopan dalam bertutur kata, santun dalam beretika, dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Beliau selalu peduli dengan kondisi orang-orang di sekitarnya. Setiap kali bertemu dengan para wanita muslimah, beliau memberikan bimbingan dan ajaran kepada mereka seperti yang diterimanya dari ayah beliau. Fathimah juga dikenal sebagai pejuang sejati dalam membela kebenaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar